Kaidah Berpikir part 2

 




Kok tambah bingung yah ...


        Masih dalam pembahasan tentang berpikir dan kaidahnya nih Guys. Apabila ada sesuatu yang dipikirkan, otak akan mengolah informasi tersebut menjadi tiga nilai :

1.    Pasti salah (0% benar) mustahil

2.   Mungkin benar mungkin salah (1-90 %)

3.   Pasti benar (100% benar) wajib

        Dari pembagian nilai tersebut kita bisa mengelompokkan seberapa persen kebenaran dari sebuah jawaban hasil pemikiran.

        Sebagian orang ada yang menafikan kebenaran mutlak yang nilainya 100%. Mereka yang beranggapan demikian beralasan bahwa benar atau salah tergantung sudut pandang orang. Jadi, kebenaran mungkin benar dan mungkin salah tergantung siapa yang berbicara. Padahal, kebenaran yang 100% sebenarnya eksis di dunia serba semrawut ini dan gampang ditemui.  

        Penulis berikan contoh (supaya makin greget pinternya)       

        Di sebuah kelas, seorang Guru menanyakan mengapa hari ini ia memakai batik. Maka murid yang terpintar pun mulai bersemangat menjawab. Ada yang menjawab bahwa Ibu Guru menyukai kain batik, ada juga murid yang berpendapat bahwa batik adalah pakaian yang wajib bagi seorang Guru. Tentu, semua jawaban para murid adalah masuk akal. Tetapi apakah jawabannya 100% benar. Sayangnya tidak, sang Guru menolak jawaban semua anak muridnya. Sampai salah seorang murid yang duduk paling belakang mengatakan ini, “Batik yang dipakai Ibu sangat cantik, mengapa Ibu memakainya hari ini?”. Sontak, sang Guru kaget, “Wah terima kasih, alas an Ibu memakainya karena Baju Ibu tertinggal dan ini sebenarnya batik pinjaman dari teman”. Maka kasus pun selesai. Semua murid menerima suatu kebenaran yang tak terbantahkan dan terelakkan, datang langsung dari sumbernya sehingga tak bercampur keraguan sedikit pun. Maka, itulah bukti bahwa kebenaran yang 100% benar terbukti adanya.

        Uniknya manusia, banyak yang masih belum menyadari ini. Sehingga banyak masalah muncul cuma gara-gara kita tahu kita gak nyampe dan berkapasitas untuk mikir ini, tapi maksa jawab. Alhasil, jawabannya pun nebak-nebak doang, sama seperti yang dilakukan murid-murid tadi meskipun semuanya logis. Bahkan dalam hal paling esensial sekalipun kalau salah jawab atau salah mikir bisa jadi masalah. Seperti menanyakan darimana kita berasal, kok kita bisa hidup sih, apa sih tujuan kita hidup, jika ingin tahu jawaban yang pasti benar tentu harus menanyakan kepada yang punya kehidupan, bukan nebak-nebak sendiri apalagi nanya ke tukang ramal. Dengan demikian, manusia tidak layak menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan tertentu dengan cara berpikir.

        Sebagai penutup, penulis hanya berpesan bahwa sebagai manusia yang dianugrahi akal, seyogyanya harus digunakan. Jangan malah diawetkan jadi pajangan doang. Sebab akan banyak masalah menanti kalau hanya mengandalkan perasaan, ada hati yang tersakiti kalau cepet baperan. Kalau orang sudah yakin akan susah diajak mikir. Adalah bijak jika kita mengolah fakta dulu, jangan dulu berkeyakinan, kemudian dudukkan mana yang bisa dipikir mana yang harus ditanya.  Pasalnya, tidak semua pertanyaan mampu langsung akal jawab dengan nilai yang pasti benar. Ada some questions  yang malah harus ditanyakan saja bukan dijawab dengan berpikir. Karena berpikir butuh dalil (petunjuk) dari subjek yang ditanya, atau yang pasti melakukan. Jika dipaksa menjawab tanpa petunjuk, semua jawaban pasti bakal nebak-nebak saja. Maka jangan heran akan banyak opini yang merebak walau lagi ngomongin Liverpool doang, ini lumrah karena satu orang yang berusaha nebak akan berbeda dengan tebakan orang lain. Itulah alasan mengapa wahyu memandu Ilmu sangat sangat penting.

        Meski bagi orang Indonesia perkara seperti ini memang jarang dipikirkan, tapi hal ini justru membawa keberuntungan. Bagaimana tidak menguntungkan, otak orang Indonesia di pasar gelap penjualan organ selalu berada pada titik penawaran dan permintaan yang tinggi. Konsumen dalam testimoninya yang paling jujur mengungkapkan bahwa otak orang Indonesia sangat mulus dibandingkan otak orang Jepang dan Singapore. Oleh sebab itu orang Indonesia terkenal bersumbu pendek (kayak Sambo), karena jarang mikir. Hehe ….

 

 


Comments

Popular posts from this blog

Sekapur Sirih untuk Tulisan “Membongkar Tabu dalam Islam Otoritarianisme dan Ketertinggalan” oleh Krisna Wahyu Yanuar

Sekapur Sirih untuk Tulisan “Membongkar Tabu dalam Islam Otoritarianisme dan Ketertinggalan” oleh Krisna Wahyu Yanuar part II

Sekapur Sirih untuk Tulisan “Membongkar Tabu dalam Islam Otoritarianisme dan Ketertinggalan” oleh Krisna Wahyu Yanuar part III (akhir)