Filsafat Barat
Plato
1.
Plato dilahirkan di Athena
pada tahun 427 SM., dan meninggal pada tahun 347 SM pada usia 80 tahun. Ia
berasal dari keluarga aristokrasi yang secara turun-temurun memegang peranan
penting dalam politik Athena.
2.
Sejak usia 20 tahun, Plato
mengikuti pelajaran Sokrates dan pengaruhnya demikian kuat, sehingga menjadi
muridnya yang setia. Sampai akhir hidupnya, Sokrates tetap menjadi pujaannya.
Tidak lama setelah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Mula-mula ia
pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filsafatnya. Dari Megara pergi ke
Kyrena, di sana ia memperdalam pengetahuannya tentang matematika kepada
Theodoros. Kemudian, ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa.
3.
Karena tuduhan bahwa Plato
berbahaya bagi kerajaan, Plato akhirnya ditangkap dan dijual sebagai budak.
Tetapi kemudian, Plato diselamatkan oleh muridnya yang bernama Annikeris dengan
cara dibelinya. Murid-murid Plato yang ada di Athena mengumpulkan uang untuk
menggantinya, tetapi Annikeris tidak mau menerimanya. Akhirnya uang itu
dibelikan sebidang tanah yang selajutnya diserahkan kepada Plato.
4.
Di tanah itulah, dibangun
rumah dan pondok-pondok. Tempat itu kemudian diberi nama “academia”,
yang di bawahnya tertulis “orang yang tidak tahu matematika jangan masuk ke
sini”. Di tempat itulah, sejak usia 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai
meninggalnya dalam usia 80 tahun. Ia mengajarkan filsafatnya dan mengarang
tulisan yang terkenal sampai sekarang.
5.
Intisari pemikiran filsafat
Plato adalah pendapatnya tentang Idea. Konsep “pengertian” yang
dikemukakan Sokrates diperdalam oleh Plato menjadi idea. Idea itu berbeda
sekali dengan “pendapat orang-orang”. Berlakunya idea itu tidak
bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak. Idea timbul
semata-mata dari kecerdasan berpikir. “Pengertian” yang dicari dengan pikiran
adalah idea. Idea pada hakekatnya sudah ada.
6.
Apabila seseorang melihat
seekor kuda yang gagah atau perempuan yang cantik, penglihatan itu sekedar
mengingatkan tentang “pengertian gagah dan cantik” yang ada dalam dunia
idea, yang tidak seluruhnya tergambar dalam gambaran kuda yang gagah dan
perempuan cantik. Pengertian “gagah” yang sebenarnya bukanlah pula
kumpulan segala yang gagah yang kelihatan pada binatang. Kuda yang tampak gagah
dan perempuan yang tampak cantik tidak lain daripada tiruan akan gambaran yang
tidak sempurna dari pada gambaran yang ada dalam pengertian.
7.
Berpikir dan mengalami
menurut Plato adalah dua macam jalan yang berbeda untuk memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan yang dicapai dengan berpikir lebih tinggi nilainya dari pengetahuan
yang diperoleh dengan pengalaman.
8.
Untuk menggambarkan
hubungan antara pikiran dan pengalaman, Plato menjelaskannya dengan menyatakan
adanya dua macam dunia, yaitu dunia yang kelihatan dan bertubuh dan dunia yang
tidak kelihatan dan tidak bertubuh. Dunia yang tidak kelihatan dan tidak
bertubuh adalah dunia idea, dunia imateril, tetap dan tidak berubah-ubah.
9.
Idea dalam paham Plato
tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari keadaan yang sebenarnya.
Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita.
10.
Hubungan antara dunia yang
nyata dan dunia yang tidak bertubuh menurut Plato serupa dengan hubungan konsep
“menjadi” dalam pemikiran Herakleitos dengan konsep “ada” dalam pemikiran
Parmenides. Idea menjadi dasar bagi yang ada; dunia atas idea menguasai
kenyataan-kenyataan dalam dunia yang lahir, yang timbul, dan yang lenyap.
11.
Semua pengetahuan adalah
tiruan dari yang sebenarnya, yang timbul dalam jiwa sebagai ingatan kepada
dunia yang asal. Di sini jiwa sebagai “penghubung” antara dunia idea dan dunia
yang bertubuh. Segala pengetahuan adalah bentuk daripada ingatan, demikian kata
Plato.
12.
Dalam pekerjaan untuk
memperoleh pengetahuan dengan pengertian, jiwa bergerak selangkah demi
selangkah ke atas, ke dunia idea, dunia asalnya. Kerinduan jiwa untuk naik ke
atas, ke tempat asalnya, adalah suatu gerak filosofis, gerak Eros, gerak cinta.
Cinta pada pengetahuan, filosophia, menimbulkan tujuan untuk mengetahui.
13.
Idea merupakan suatu
kesatuan yang di dalamnya terdapat peringkatan derajat. Idea yang tertinggi
adalah idea kebaikan, disusul kemudian dengan idea keindahan.
14.
Pemikiran etika Plato, sama
dengan Sokrates, juga bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah
mencapai budi baik. Budi adalah tahu, oleh karena itu, orang yang
berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu, sempurnakanlah pengetahuan
dengan pengertian.
15.
Tujuan hidup adalah untuk
mencapai kesenangan, tetapi kesenangan hidup di sini bukanlah memuaskan hawa
nafsu. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai
barang-barang yang dituju. Di bawah cahaya idea kebaikan dan keindahan orang harus
mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup. Antara kepentingan
orang-orang dan kepentingan masyarakat tidak boleh ada pertentangan.
16.
Manusia yang disinari oleh
idea kebaikan, tidak dapat tidak akan mencintai kebaikan. Keinginannya tidak
lain kecuali naik ke atas. Syarat untuk itu adalah dengan mengasah “budi”. Budi
adalah tahu, siapa yang tahu akan yang baik, tidak akan dan tidak dapat
menyimpang dari itu. Siapa yang cinta akan idea, pasti menuju kepada yang baik.
Siapa yang hidup dalam dunia idea, tidak dapat berbuat jahat. Maka, untuk
mencapai budi baik berarti menanam keinsafan untuk memiliki idea dengan
pikiran.
17.
Negara Ideal. Peraturan
yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum, menurut Plato, tidak boleh
diputus oleh kemauan atau pendapat orang seorang atau oleh rakyat seluruhnya,
melainkan ditentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan
pengertian. Pemerintahan harus dipimpin oleh idea yang tertinggi, yaitu idea
kebaikan.
18.
Tujuan pemerintahan yang
benar adalah mendidik warga negara mempunyai budi. Manusia memperoleh budi yang
benar hanya dari pengetahuan, oleh karena itu ilmu harus berkuasa di dalam
negara. Plato mengatakan bahwa ‘kesengsaraan dunia tidak akan berakhir,
sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja yang filosof’.
19.
Negara yang ideal harus
berdasar pada keadilan. Keadilan adalah hubungan antara orang-orang yang
bergantung pada suatu organisasi sosial. Sebab itu masalah keadilan dapat
dipelajari dari struktur masyarakat. Oleh karena struktur masyarakat bergantung
kepada kelakuan manusia, maka kelakuan manusia itulah yang harus dibangun dan
dibentuk melalui pendidikan. Negara, menurut Plato adalah manusia dalam ukuran
besar. Kita tidak dapat mengharapkan negara menjadi baik, apabila kelakuan
warga negara tidak bertambah baik.
20.
Pembagian pekerjaan
merupakan dasar untuk mencapai perbaikan hidup dan jalan bagi tercapainya
keadilan. Plato, membagi warga negara ke dalam tiga golongan. (1) Golongan
rakyat jelata, yang meliputi petani, pekerja, tukang, dan saudagar. Mereka merupakan
dasar ekonomi bagi masyarakat dan memiliki hak milik dan berumah tangga. (2)
Golongan penjaga atau pembantu dalam urusan negara. Golongan ini bertugas untuk
mempertahankan negara dari serangan musuh, dan menjamin peraturan dapat berlaku
dalam kehidupan masyarakat. Mereka tidak boleh memiliki harta perorangan dan
keluarga. Mereka tinggal dalam asrama, hidup dalam sistem komunisme yang
seluas-luasnya, meliputi perempuan dan anak-anak. “Milik” bersama atas
perempuan tidak berarti bahwa mereka dapat memuaskan hawa nafsunya. Hubungan mereka
dengan perempuan diatur oleh negara. (3) Golongan pemerintah atau filosof.
Mereka terpilih dari yang paling cakap an terbaik dari kelas penjaga, setelah
menempuh pendidikan dan latihan special untuk tugas tertentu. Tugas mereka
adalah membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Merek harus
menyempurnakan budi yang tepat sesuai dengan golongannnya, yaitu budi
kebijaksanaan.
21.
Semua golongan dari semua
kelas adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semua
orang itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Golongan pengusaha menghasilkan,
tetapi tidak memerintah; golongan penjaga melindungi, tetapi tidak memerintah;
dan golongan cerdik pandai diberi makan dan dilindungi, dan meereka memerintah.
22.
Pendidikan menjadi urusan
yang terpenting bagi negara. Pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas
menjadi urusan negara, supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya. Dasar
yang utama bagi anak-anak adalah olah raga dan musik. Dari usia 16 smpai 18
tahun diberi pelajaran matematik untuk mendidik jalan pikirannya. Pada usia
18-20 diberi pendidikan kemiliteran. Setelah mereka bekerja selama 15 tahun dan
memasuki usia 50, mereka diterima dalam lingkungan pemerintahan dan filosof.
Comments
Post a Comment