Filsafat Barat

 Mengenal Neo-Platonisme dan Teori Emanasi


https://philosophynow.org/

Teori emanasi berasal dari pemikiran Plotinus yang ia ekstraksi dari pemikiran Plato, idea, karena hal tersebut aliran filsafat ini dinamakan neo-platonisme. Mazhab neo-platonisme (plato gaya baru) ini merupakan pemikiran Plotinos yang berpusat pada konsep kosmologi dan metafisik "Yang Esa" (dalam bahasa Yunani to hen, dan dalam bahasa Inggris the one). Terkadang "Yang Esa"  ini disebut juga sebagai "Yang Baik".  "Yang Esa" tersebut tidak dapat dibicarakan, tidak dapat dipikirkan, dan tidak dapat diidentifikasikan. Ia bukan sesuatu dan juga bukan roh. Tidak ada atribut yang melekat kepadanya. Kemudian "Yang Esa" itu merupakan asal dan tujuan segala sesuatu.

Adanya teori emanasi ini merupakan upaya untuk menjembatani secara rasional solusi mengenai dua perbedaan pandangan tentang penciptaan alam. Yang pertama menyatakan bahwa proses penciptaan alam mempunyai permulaan atau pernyataan mengenai apakah alam semesta ini ada karena memang sebenarnya ada atau ada dengan sendirinya. Dan yang lain percaya bahwa alam ini mempunyai permulaan. Begitu juga perdebatan tentang bagaimana penciptaan alam semesta ini apakah alam semesta ini diciptakan dari sesuatu bahan yang sudah ada atau tidak.

Teori emanasi ini bermula dari beberapa pemikiran filsuf Yunani, namun yang dibahas di sini yaitu mengenai teori emanasi dari seorang filsuf yang bernama Plotinus, yang mana menurutnya emanasi ini merupakan suatu limpahan cahaya, suatu limpahan yang melimpah dari “yang satu” (to hen), dan proses emanasi itu melimpah dari yang satu dan melahirkan nous (jiwa), lalu melimpah lagi pada soul (jiwa), dan dari sini melahirkan materi, dan ini merupakan tingkatan paling bawah dalam proses emanasi. Plotinus menganalogikan itu dengan lampu yang memancarkan cahaya, yaitu ketika lampu dinyalakan maka benda yang paling dekat dengan lampu akan mendapat cahaya paling kuat (terang), dan begitupun benda yang lebih jauh dengan lampu akan mendapatkan cahaya yang semakin lemah (gelap), namun dari analogi ini bahwa tidak ada keterputusan antara cahaya yang terang dan gelap. Plotinus melihat antara yang satu dan yang banyak tidak terpisah.

Namun pemikiran dari plotinus ini banyak melahirkan konsekuensi, yaitu salah satunya adalah tiadanya penciptaan, karena syarat penciptaan adalah dari tidak ada menjadi ada. Dalam teori ini hanya ditemukan relasi dari yang satu dan yang banyak seperti benda dan bayangannya yang tak dapat dipisahkan. Dan konsekuensi ini yang membuat pandangan plotinus mengenai emanasi ini ditolak oleh Al-Ghazali dalam tradisi pemikiran Islam.

Filsafat emanasi Plotinus ini mempengaruhi beberapa pemikir Islam yang di antaranya adalah Al-Farabi. Al-Farabi merekonsiliasikan pemikiran Plotinus tersebut dengan ketauhidan yang bersumber pada Al-Qur’an. Adapun upaya Al-Farabi untuk membuktikan keesaan Tuhan yaitu dengan teori emanasinya. Al-Farabi menjelaskan dalam teori emanasinya bahwa Allah itu 'Aql; Aqil, dan Ma'qul. Kata 'Aql di sini bermakna bahwa Allah-lah yang Maha mencipta dan mengatur segala sesuatu yang ada dengan sempurna tanpa adanya cacat. Yang Menurut al-Farabi, alam ini memancar dari Tuhan dengan melalui akal-akal yang jumlahnya sepuluh.

Dalam teori emanasi yang dicetuskan oleh al-Farabi, Allah berpikir tentang diri-Nya kemudian terciptalah energi yang maha dahsyat secara pancaran dan dari energi inilah tercipta akal pertama. Akal pertama berpikir tentang Allah dan dirinya sendiri sehingga tercipta akal kedua dan langit pertama. Akal kedua berpikir tentang Allah dan dirinya sendiri sehingga terciptalah akal ketiga dan bintang-bintang. Akal ketiga menghasilkan akal ke empat dan Saturnus. Akal ke empat menghasilkan akal ke lima dan Yupiter. Akal ke lima menghasilkan akal ke enam dan Mars. Akal ke enam menghasilkan akal ke tujuh dan Matahari. Akal ke tujuh menghasilkan akal ke delapan dan Venus. Akal ke delapan menghasilkan akal sembilan dan Merkurius. Akal ke sembilan menghasilkan akal ke sepuluh dan Bulan. Pada tahapan akal yang terakhir, yaitu sepuluh ini dayanya sudah lemah sehingga tidak mampu menghasilkan akal yang sejenisnya dan hanya menghasilkan bumi, beserta roh dan materi pertama yang dibagi menjadi empat unsur yaitu: udara, api, air, dan tanah.

Masing-masing akal yang berjumlah sepuluh itu mengatur satu planet, akal-akal ini adalah para malaikat dan akal kesepuluh, yang juga dinamakan akal fa’al, disebut dengan Jibril yang mengatur bumi. Jadi ada sepuluh akal dan sembilan langit dari teori Yunani tentang sembilan langit (sphere) yang kekal berputar di sekitar bumi. Akal kesepuluh mengatur dunia yang ditempati manusia ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat barat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam filsafat Islam, yang dalam teori emanasi ini filsafat Islam mempunyai tujuan yang tak lain tujuannya ialah untuk menjaga kemurnian tauhid dalam ajaran Islam. Seperti yang dikemukakan oleh pemikiran emanasi Al-Farabi tersebut.

 


Comments

Popular posts from this blog

Sekapur Sirih untuk Tulisan “Membongkar Tabu dalam Islam Otoritarianisme dan Ketertinggalan” oleh Krisna Wahyu Yanuar

Sekapur Sirih untuk Tulisan “Membongkar Tabu dalam Islam Otoritarianisme dan Ketertinggalan” oleh Krisna Wahyu Yanuar part II

Sekapur Sirih untuk Tulisan “Membongkar Tabu dalam Islam Otoritarianisme dan Ketertinggalan” oleh Krisna Wahyu Yanuar part III (akhir)